Dari : Situs Alfi

Minggu, 19 Januari 2014

Agama dalam Teori Psikoanalisa

Agama dan kesehatan mental adalah dua sub kajian dalam psikologi dengan dinamika yang terkadang seiring, dan terkadang menafikan satu sama lain. Pembahasan agama dalam psikologi, bukan dalam bentuk ritualis, tetapi dalam bentuk keyakinan dan kepercayaan. Jadi pembahasan agama dalam psikologi, yang dimaksud adalah bagaimana seseorang meyakini dan mempercayai agama sehingga berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Psikoanalisa, adalah salah satu teori yang membahas tentang bagaimana sebuah agama muncul dan mempengaruhi tingkah laku individu. Menurut psikoanalisa, agama adalah pelarian individu, dari sebuah kepribadian yang tidak matang. Kepribadian yang tidak matang membuat individu menghadirkan agama sebagai tameng dan tempat pelarian. Kepercayaan terhadap agama adalah sebuah mekanisme pertahanan diri (defend menchanism).
Agama muncul pertama kali, karena ketakutan akan figur yang berkuasa. Pada masa kecil, figur berkuasa itu adalah ayah. Karena usia yang terus bertambah ketakutan akan figur ini juga tergeneralisasi. Figur ketakutan yang sebelumnya terhadap ayah, pada masa dewasa beralih kepada ketakutan terhadap figur yang maha kuasa, yang tidak bisa dilawan. Figur yang berkuasa itu disebut dengan nama Tuhan. Manusia tidak bisa melawan kematian, karena Tuhan berkuasa untuk itu. Akibatnya, manusia takut akan figur Tuhan tersebut. Sehingga, untuk menenangkan dirinya terhadap ketakutan, maka individu mempercayai dan menyembah Tuhan. Dengan menyembah Tuhan, individu akan merasa aman dari rasa ketakutannya tersebut.
Teori psikoanalisa ini bisa dimengerti, karena sumber teorinya pada perilaku-perilaku maldaptif, yang menganggap bahwa kepercayaan adalah sebuah perilaku yang maldaptif pula. Agama pada teori psikoanalisa adalah sebuah defend mechanism.
Pada dasarnya, teori psikoanalisa lebih banyak digunakan pada kasus-kasus klinis. Untuk menjelaskan bagaimana kemunculan agama/kecercayaan terhadap Tuhan, teori ini dianggap sebagai teori yang atheis. Orang yang beragama adalah orang yang sakit (kepribadian yang tidak matang). Teori psikoanalisa adalah teori yang menafikan agama.
Pada tulisan-tulisan selanjutnya, saya akan mengemukakan kelemahan teori psikoanalisa ini dalam kasus-kasus yang berhubungan dengan agama. Bahkan, beberapa metode klinis psikoanalisa tidak bisa menjangkau bagaimana terapi agama bisa membuat seseorang kembali kekesadaran, bahkan agama bisa membuat hidup seseorang menjadi paripurna.

Manfaat dan Ilmu yang Berhubungan dengan Psikologi Abnormal

Psikologi abnormal dipelajari dengan harapan dapat diperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk kelainan jiwa (jenis, gejala, penyebab, cara mencegah dan menanganinya, dst.). Pengetahuan dan pemahaman mengenai hal tersebut diperlukan dalam bidang psikiatri dan bimbingan dan konseling. Khusus untuk konselor, dengan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai seluk beluk kelainan jiwa diharapkan dapat bermanfaat bagi upaya pencegahan dan penanganan gangguan jiwa yang mungkin terjadi pada peserta didik. Usaha untuk mendapatkan pengertian yang luas dan mendalam tentang kelainan jiwa antara lain dilakukan dengan mengkaitkan psikologi abnormal dengan ilmu-ilmu lainnya. Keterkaitan tersebut menyangkut bidang keilmuan dan juga bidang profesi. Beberapa ilmu yang berhubungan dengan psikologi abnormal adalah antara lain sebagai berikut.

1. Psikiatri
Psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa adalah cabang dari ilmu kedokteran, yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan gangguan jiwa, yaitu dalam hal pengenalan, pengobatan, rehabilitasi, dan pencegahan serta juga dalam hal pembinaan dan peningkatan kesehatan jiwa (Maramis, 2005: 22).8
Psikologi Abnormal/Drs. Kuntjojo, M.Pd. Psikologi abnormal berhubungan dengan psikiatri karena keduanya mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan gangguan dan juga penyakit jiwa. Namun pada psikologi abnormal usaha tersebut tidak sampai pada penyembuhan dan rehabilitasi, terlebih lagi bagi penderita psikosis.

2. Neurologi
Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang khusus mempelajari struktur dan fungsi syaraf, serta diagnosis dan penyembuhan gangguan system syaraf. Neurologi diperlukan psikologi abnormal karena terjadinya kelainan jiwa dapat disebabkan oleh kelainan pada system syaraf.

3. Psikoanalisis
Psikoanalisis memiliki dua dimensi, yaitu sebagai aliran psikologi dan teknik terapi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak membahas kepribadian manusia beserta dinamikanya. Dan sebagai teknik terapi, psikoanalisis bertolak dari anggapan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi karena faktor organis dan terutama faktor psikologis oleh karena itu untuk menyembuhkan gangguan jiwa maka harus diawali dengan mengungkap akar permasalahannya, yaitu yang bersumber dari faktor-faktor psikologis penderita.

Hubungan antara Ilmu Psikologi dan Kesehatan Mental

Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.Menurut asalnya katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno:  (PsychÄ“ yang berarti jiwa) dan logia yang artinya ilmu sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Defenisi ini membuat psikologi bergeser dari yang mempelajari jiwa ke penelitian tingkah laku. Lalu Kesehatan Mental adalah keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya,tetapi untuk mendapatkan kesehatan jiwa yang seperti itu susah. Diperlukan keterbukaan psikis manusia atau dilakukan penelitian secara langsung atau tidak langsung pada manusia yang menderita gangguan jiwa, agar terhindar dari gangguan itulah diperlukan pembelajaran tingkah laku dan pencegahan dini .Pengertian kesehatan mental juga dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang itu tinggal ,karena apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu ,kemungkinan menjadi hal yang tidak normal dalam budaya lain ,begitupun sebaliknya (Sias, 2006). Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahas latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan
Apa hubungannya psikologi dan kesehatan mental ?
Hubungan antara kebutuhan psikologis dengan kesehatan mental sangat erat dan keterkaitan.. Seseorang yang kehidupannya bahagia, tentram sejahtera tentu akan dapat perpikir dan menjalankan hidup dengan berprilaku semestinya.  Namun sebaliknya jika spikologis seseorang sudah terganggu maka kesehtan mental ikut terganggu.Jika salah satu kebutuhan manusia itu terganggu maka kesehatan mentalnya itupun juga terganggu. Jika kebutuhan fisik manusia itu terpenuhi tetapi psikologisnya tidak terpenuhi maka mentalnya pun tidak akan sehat Kebutuhan manusia antara kebutuhan fisik dan psikologis itu saling keterkaitan.
Sejarah Kesehatan Mental
Era pra Ilmiah
1. Kepercayaan Animisme
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikuutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, syetan atau hantui sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika anda memotong batok kepala, maka anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, akan tetapi anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantuyang melukai badan anda”.
Ide naturalkistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selajutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat ditembok dan ditempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih, adan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar ruimah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya Psikologi Abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. ketika itu benyamin rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis dirumah sakit Penisylvania. Dirumah sakit ini ada 24 pasien yang dianggap sebagai ”lunaties” (orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui bagaimana menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersdebut didukung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali digugur dengan air.
Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, dirumah mental. Ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.
Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya Mental Hygiene yang berkembang menjadi suatu ”Body Of Knowledge” berikut gerakan-gerakan yang teorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya mula-mula diarahkan pada para pasien mental dirumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung dirumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktror penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika serilkat didirikan 32 rumah sakit jiwa, dimana dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad 19.
Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dsekade 1900-19090 beberpa organisasi kesehetran mental telah didirikan, sepert: American Social Hygiene Associatin (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapatkan perawatan dirumah sakit dia mulai memperbaiki dirinya, dan selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat suatu gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908 di menindaklanjuti gagasannya demngan mempublikasikan sebuah tulisan autobiografinya sebagai, mantan penderita gangguan mental, yang berjudul ”A Mind That Found It Self”. Kehadiran buku ini disambut baik oleh Willian james, sebagai seorang pakar psikologi. Dalam buku ini, dia memberikan koreksi terhadap program pelayanan, perlakuan atau ”treatment” yang diberikan kepada para pasien dirumah sakit-rumah sakit yang dipandangnya kurang manusiawi. Di samping itu dia melupakan reformasi terhadap lembaga yang diberikan perawatan gangguan mental.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan:
1. Mereformasi program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa.
2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental.
4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Program Beers ini ternyata mendapat respon positif dari kalangan masyarakat, terutama kalangan para ahli, seperti Wlliam James dan seorang Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yang mempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer.
Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908, sebuah organisasio pertama, didirikan, dengan nama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari 1909 didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”, di sini Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organusasi ini bertujuannya.
1. Melindungi kesehatan mental masyarakat
2. Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental
3. Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait dengannya.
4. Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya
5. Mengkoordinasikan lembaga-lembhaga perawatan yang ada
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti : pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act”. Dokumen ini merupakan bluprint yang komprehensif, yang berisi program-program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat.
Beberapa tujuan yang terkandung dalam dokumen tersebut itu meliputi:
1. Meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat Amerika Serikat, melalui penelitian, inevetigasi, eksperimen penanganan kasus-kasus, diagnosis dan pengobatan.
2. Membantu lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan koordinasi antara para peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan meningkatkan kegiatan dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3. Memberikan latihan terhadap para personel tentang kesehatan mental
4. Mengembangkan dan membantu negara dalam menerapkan berbagai metode pencegahan, diagnosis, dan pengobatan terhadap para pengidap gangguan mental
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health Organization”.

Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untk penyakit ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengara ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial. Berikut adalah tanda dan gejala gangguan jiwa,
  • Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
  • Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
  • Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir / melamun yang tidak biasa (delusi).
  • Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.
  • Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
  • Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
  • Paranoid (cemas / takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu ditakuti atau dicemaskan.
  • Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
  • Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
  • Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
  • Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
  • Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
  • Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
  • Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya, misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
  • Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.
  • Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
  • Sulit dalam berpikir abstrak.
  • Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih.

Penyebab Umum Gangguan Jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, usia dan Jenis Kelamin, keadaan fisik, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan sebagainya.
Perkiraan jumlah penderita beberapa jenis gangguan jiwa yang ada dalam satu tahun di Indonesia.
Psikosa fungsional 520.000
Sindroma otak organik akut 65.000
Sindroma otak organik menahun 130.000
Retradasi mental 2.600.000
Nerosa 6.500.000
Psikosomatik 6.500.000
Gangguan kepribadian 1.300.000
Ketergantungan obat 1.000
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di fisik (somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun di psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan fisik ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya tahan fisiknya mengalami penurunan sehingga mengalami penyakit fisik.
Sebaliknya seorang dengan penyakit fisik misalkan kanker yang melemahkan, maka secara psikologisnya juga akan menurun sehingga kemungkinan mengalami depresi. Penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa. Contoh lain adalah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena kelahiran, peradangan dan sebagainya) kemudian menjadi hiperkinetik dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka saling mempengaruhi. Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :
1. Faktor-faktor somatik (somatogenik)
  • Neuroanatomi
  • Neurofisiologi
  • neurokimia
  • tingkat kematangan dan perkembangan organik
  • faktor-faktor pre dan peri – natal
2. Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :
  • Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
  • Peranan ayah
  • Persaingan antara saudara kandung
  • inteligensi
  • hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
  • kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
  • Konsep diri : pengertian identitas diri sendiri versus peran yang tidak menentu
  • Keterampilan, bakat dan kreativitas
  • Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
  • Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)
  • Kestabilan keluarga
  • Pola mengasuh anak
  • Tingkat ekonomi
  • Perumahan : perkotaan lawan pedesaan
  • Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai
  • Pengaruh rasial dan keagamaan
  • Nilai-nilai

Jenis-jenis Gangguan Jiwa pada Manusia

Gangguan jiwa merupakan kondisi adanya gejala klinis berupa sindroma pola perilaku dan pola psikologik yang sangat berkaitan dengan adanya rasa tidak nyaman, rasa nyeri, dan tidak tenteram. Berikut ini merupakan beberapa macam gangguan jiwa pada manusia.
Gamomania
Gamomania atau obsesi untuk mengajukan pernikahan. Gangguan jiwa jenis ini memang cukup aneh (mungkin Anda juga belum pernah menjumpai atau mendengar gangguan jiwa jenis ini) dimana seseorang yang dikatakan mengalami Gamomania ini biasanya memiliki obsesi mengajukan atau mengajak menikah kepada orang-orang yang berbeda dalam waktu yang sama. Dalam banyak kasus, Gamomania ini dapat memicu terjadinya poligami.
Climomania
Orang yang mengalami Climomania ini akan cenderung memiliki keinginan untuk berlama-lama di atas kasur terlebih kalau sedang musim dingin. Penderita Climomania ini mempunyai keinginan atau obsesi untuk selalu ada di atas kasur dalam jangka waktu lama, bahkan bisa sampai seharian. Climomania berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “obsesi tidur”. Apakah Anda termasuk ke dalam Climomania?
Onomatomania
Onomatomania tak kalah menggelikannya dibandingkan gangguan jiwa jenis lainnya. Pada penderita Onomatomania ini ia memiliki obsesi untuk mengulang kata-kata khusus karena dianggap menggangu pikirannya.
Enosimania
Enosimania ini mungkin dalam beberapa hal bisa positif karena akan menimbulkan sikap kehati-hatian, perfect, dan lainnya. Namun kalau berlebihan maka akan membuat diri menjadi tidak nyaman.
Enosimania ialah keadaan dimana seseorang takut melakukan kesalahan besar, takut mendapatkan kritikan, dan lain-lain. Gejala yang biasanya terjadi pada orang yang mengalami Enosimania meliputi detak jantung yang tidak menentu, timbul rasa muak, berkeringat, napas menjadi pendek dan cepat.
Demonomania
Demonomania ini sangat erat kaitannya dengan eksistensi makhluk atau alam gaib. Orang yang menderita gangguan kejiwaan jenis ini selalu memiliki perasaan ketakutan yang berlebihan, bahkan ketakutan dirasuki oleh roh jahat dari alam gaib ke dalam tubuhnya. Orang yang mengalami Demonomania ini akan semakin parah setelah ia melihat film-film horor, membaca buku horor atau mendengarakan cerita horor.
Aboulomania
Coba diingat-ingat apakah Anda termasuk orang yang selalu mengalami kesulitan ketika hendak mengambil keputusan terkait suatu hal? Kalau iya, kemungkinan Anda mengidap Aboulomania yang merupakan kondisi dimana seseorang selalu merasa kesulitan ketika hendak mengambil suatu keputusan, bahkan untuk hal yang sederhana sekalipun.
Ablutomania
Ablutomania mungkin bisa disebut positif dalam konteks untuk menjaga kebersihan tubuh dari terkontaminasi oleh kuman. Namun akan mengganggu kalau ketakutan terhadap kotor atau kuman datang dalam skala per detik yang berdampak pada keinginan untuk membersihkan tubuh, minimal tangan secara intens, bahkan keseringan. Ablutomania merupakan kondisi untuk selalu membersihkan tubuh.
Trichotillomania
Maniak kategori ini juga cukup aneh dan menggelikan. Trichotillomania merupakan kelainan gerakan refleks dalam bentuk penyiksaan diri seperti menarik atau menjambak rambut, bulu mata, alis, dan lainnya.

Senin, 16 Desember 2013

Tes Psikologi : RORSCHAH

Salah satu contoh kartu rorschah



A. Teori Yang Mendasari
Asumsi dasar yang digunakan dalam tes Rorschach adalah : hubungan antara persepsi seseorang dengan kepribadiannya. Jika seseorang melihat suatu benda yang tidak pasti atau tidak tentu bentuknya, maka dia akan cenderung memberikan interpretasi berdasarkan apa yang ada dalam dirinya. Lewat persepsinya itu dia akan memproyeksikan kebutuhan-kebutuhannya, pengalaman-pengalamannya maupun pola-pola respon yang menjadi kebiasaannya, yang sering tidak disadari.

Konsep ini sejalan dengan teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Dalam psikoanalisa dijelaskan bahwa gangguan psikologis yang terjadi pada seseorang bisa diungkap melalui alam bawah sadarnya.

B. Pengantar
1. Tokoh
Hermann Rorschach dilahirkan di Zurich, Swiss pada 8 November 1884. Ayahnya seorang guru menggambar. Pada mulanya Rorschach mendalami ilmu pengetahuan alam di sekolahnya, tetapi kematian ayahnya dalam usia muda telah merubah pendiriannya. Dia mulai tertarik pada bidang kedokteran dan belajar di Nuenberg, Zurich, Berne, dan Berlin. Setelah lulus pada tahun 1910, Rorschach menikah dengan teman sekuliahnya, seorang gadis dari Rusia.

2. Sejarah
a. Periode Sebelum Rorschach
Orang yang pertama kali tercatat sebagai ahli yang menaruh perhatian terhadap bercak tinta adalah Justinus Kerner. Dia mulai menyadari bahwa dari bercak tinta ternyata orang dapat melihat berbagai macam objek di dalamnya. Dengan tulisannya yang berjudul Kleksographein yang terbit pada tahun 1857 di Tubingen Jerman, Kerner dapat dipandang sebagai pelopor dalam bercak tinta. Meskipun sejauh itu Kerner belum sampai pada pemikiran bahwa dari persepsi orang terhadap bercak tinta dapat digunakan untuk mendiagnosa kepribadian seseorang.

Ahli lain bernama Kirkpatrik (1900) memberikan bercak tinta pada anak-anak dan menggabungkan dengan tes lain. Dia mengatakan bahwa umur merupakan faktor yang penting untuk menentukan kualitas respon yang diberikan subjek.

Pada tahun 1910, Whipple orang pertama yang menerbitkan satu seri bercak tinta yang sudah distadardisasi dan dilengkapi dengan buku petunjuk (manual). Tetapi alat yang dibuat hanya dapat digunakan untuk mengetahui imajianasi subjek.

Tahun 1917, Cicely Parson dari University Collage of South Wales melakukan penelitian pada murid-murid sekolah dasar dan menengah dengan menggunakan bercak tinta Whipple dengan kesimpulan bahwa kebanyakan jawaban mereka adalah hewan dan manusia; perbedaan jenis kelamin ternyata menimbulkan perbedaan respon; tipe dan kualitas dari deskripsi jawaban tergantung pada usia

b. Periode Rorschach
Selama 10 tahun bekerja di beberapa rumah sakit Rorschach terus melakukan penelitian dengan menggunakan bercak tinta. Hasil dari penelitiannya kemudian ditulis dalam sebuah monograph dengan judul Psychodiagnostik yang terbit pada tahun 1921.
Dalam monograph tersebut Rorschach menulis bahwa dia telah menyeleksi satu seri bercak tinta yang terdiri dari 10 kartu dari beribu-ribu kartu yang telah dicobakan. Cara penyeleksian kartu-kartu itu juga dijelaskan secara garis besar. Pertama-tama Rorschach menyebutkan cara pembuatan kartu bercak tinta, yaitu tinta diteteskan di atas selembar kertas kosong, kemudian dilipat ditengah dan ditekan. Setelah kertas dibuka, maka tinta tersebut menyebar ke berbagai bagian kertas dan membentuk suatu pola tertentu tidak semua pola yang dibuat dapat diuju-cobakan, paling tidak harus memenuhi dua persyaratan yaitu : 1) Bentuk pola tersebut relatif simpel; 2) Distribusi bercak harus memenuhi persyaratan komposisi tertentu.

Dengan teknik tersebut, Rorschach membuat beribu-ribu kartu yang kemudian diuji-cobakan. Akhirnya diperoleh 10 kartu seperti yang digunakan sekarang. Berkaitan dengan urutan kartu, Rorschach hanya mengatakan dalam monographnya bahwa penentuan itu didasarkan pada hasil-hasil empiris. Tidak ada penjelasan lebih mendetail mengenai hal ini. Tampaknya faktor kompleksitas bercak, komposisi, dan warna turut menentukan. Seperti tampak pada Kartu I yang sederhana dana hanya menggunakan warna hitam dan putih, sedangkan Kartu X termasuk komplek dan beraneka warna tanpa hitam dan putih.



c. Periode Sesudah Rorschach
David Levy kemudian memperkenalkan tes Rorschach ini di Amerika. Samuel Beck kemudian menerbitkan bercak tinta untuk tes Rorschach dan juga mengembangkan metode interpretasi yang masih dikembangkan sampai sekarang. Setelah itu Hertz banyak mengadakan penelitian tentang aspek-aspek metodologis dalam tes Rorschach.Tokoh yang paling berjasa dalam pengembangan tes Rorschach adalah Bruno Klopfer. Sejak tahun 1934 dia telah mengmbangkan ide-ide dari Rorschach dalam kelompok studinya. Teknik skoring yang sekarang banyak dipakai adalah hasil penyempurnaan dari Klopfer. Pada tahun 1936, Klopfer dan teman-temannya mendirikan Rorschach Institute sebagai suatu lembaga untuk melatih para ahli untuk menggunakan tes Rorschach.

3. Aspek Yang Diungkap
Menurut Klopfer (1962) aspek-aspek kepribadian yang di ungkap dalam tes Rorschach dapat dibagi dalam 3 aspek pokok, yaitu :
a) Aspek Kognitif atau Intelektual
Yang diungkap dalam aspek kognitif antara lain menyangkut :
1) Status dan fungsi intelektual
2) Pendekatan terhadap masalah (manner of approach)
3) Kekuatan observasi (power of observation)
4) Pemikiran orisinal (originality of thinking)
5) Produktivitas ide
6) Luas interes

b) Aspek Afektif atau Emosional
Yang diungkap dalam aspek afektif atau emosional antara lain :
1) Suasana emosi secara umum (general emotional tone )
2) Perasaan terhadap diri sendiri (feeling about self)
3) Reaksi terhadap tekanan emosional (reaction to emotional stress)
4) Kontrol terhadap dorongan emosional (control of emotional impulse)

c) Aspek Fungsi Ego
Termasuk dalam aspek fungsi ego adalah :
1) Kekuatan ego (ego strength)
2) Daerah konflik (conflict area)
3) Pertahanan (defenses)
4. Subjek

Tes Rorschach bisa digunakan pada subjek anak-anak dan dewasa. Pada anak-anak digunakan tes Bero yang memang dirancang sebagai tes Rorschach untuk anak-anak. http://emmakim28.blogspot.com/2013/12/tes-psikologi-rorschah.html#more